Bacaan Alkitab Setahun : Mazmur 99; Lukas 11; Yosua 9-10
Kondisi moral bangsa Israel merosot tajam ketika dipimpin oleh imam Eli serta anak-anaknya: Hofni dan Pinehas. Sayangnya, Eli sebagai Bapak sekaligus imam besar, tak mampu berbuat apa-apa. Namun, Allah telah menyiapkan pengganti mereka, bernama Samuel, putra dari Hana, seorang istri yang dipoligami oleh suaminya Elkana. Kehidupan pernikahan orang tuanya tidak membuat Samuel menjadi anak yang broken home, tetapi malah menjadikannya pribadi yang matang dan dewasa, meski ia masih kecil!
Berikut beberapa hal yang dapat kita pelajari:
Pertama, Samuel adalah seorang anak yang sopan, rajin dan ‘dengar-dengaran'. Ketika ia mengira suara Allah adalah suara Eli, Samuel tidak malas bangun dari tidurnya hingga tiga kali untuk mendatangi Eli (ayat 4-8).
Kedua, Samuel adalah seorang anak yang taat tanpa kompromi. Samuel taat dengan tuntutan jawaban yang Eli berikan padanya untuk menjawab panggilan Tuhan (ayat 9-10).
Ketiga, Samuel adalah seorang anak yang lembut dan penuh kasih. Ia tahu, bahwa pernyataan Tuhan kepadanya mengenai hukuman bagi keluarga Eli, akan sangat menyakiti hati bapak rohaninya tersebut. Ia hanya menjawab ketika Eli memerintahkannyan (ayat 17-18).
Bermula dari tiga hal di atas, Samuel membuat sebuah terobosan yang signifikan bagi bangsanya. Karena Samuel, Allah mau peduli kembali dengan menampakkan diri-Nya secara langsung, setelah sekian lama berdiam diri menghadapi rendahnya moralitas Israel akibat kepemimpinan yang buruk.
Sesuatu yang besar, seringkali berawal dari hal yang sederhana.